2.16.2013

Gotama

RESI GOTAMA adalah seorang brahmana di pertapaan Dewasana /Grastina. Ia putra tunggal Resi Dewasana, putra sulung Bathara Dewanggana yang merupakan cucu buyut Bathara Surya. Resi Gotama bersaudara sepupu dengan Prabu Heriya, raja negara Maespati yang merupakan kakek Prabu Arjunasasrabahu , dan Resi Wisanggeni dari pertapaan Ardi Sekar yang merupakan kakek dari Bambang Sumantri dan Ramaparasu (Ramabargawa).
 Resi Gotama sangat sakti dan termasyur dalam ilmi Kasidan. Resi Gotama menikah dengan Dewi Indradi/Windradi, seorang bidadari keturunan Bathara Asmara. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama; Dewi Anjani, Subali/Guwarsi dan Sugriwa/Guwarsa. Malapetaka telah terjadi atas keluarganya akibat Cupumanik Astagina, milik Dewi Indradi sebagai hadiah perkawinan dari Bathara Surya. Cupu yang diberikan kepada Dewi Anjani menjadi perebutan dengan Subali dan Sugriwa. Dewi Indradi yang bersikap membisu tentang asal-usul Cupu tersebut, dikutuk oleh Resi Gotama menjadi tugu batu dan dibuang ke angkasa jatuh di wilayah negara Alengka.
Tahun berganti tahun, Dewi Windradi yang sering merasa kesepian karena bersuamikan seorang brahmana tua yg lebih banyak bertapa, akhirnya tergoda oleh panah asmara Bhatara Surya. Terjalinlah hubungan asmara secara rahasia yg sedemikian rapi sampai bertahun-tahun tidak diketahui oleh Resi Gotama maupun oleh ketiga putranya yang semakin beranjak dewasa.
Dewi Indradi memiliki sebuah pusaka kedewataan, Cupumanik Astagina, pemberian kekasihnya, Batara Surya. Ketika memberikan Cupumanik itu, Bhatara Surya mewanti-wanti untuk jangan pernah sekalipun benda itu ditunjukkan, apalagi diberikan orang lain, walau itu putranya sendiri. Kalau pesan itu sampai terlanggar, akan terjadi hal hal yang tak diharapkan. Cupumanik Astagina adalah pusaka kadewatan yang menurut ketentuan dewata tidak boleh dilihat atau dimiliki oleh manusia lumrah. Larangan ini disebabkan karena disamping memiliki khasiat kesaktian yang luar biasa, juga didalamnya mengandung rahasia kehidupan alam nyata dan alam kasuwargan. Bila orang membuka Cupumanik Astagina, pada mangkuk bagian dalamnya akan tampak gambaran swargaloka yang serba menakjubkan dan penuh warna warni yg mempesona. Sedangkan pada tutup bagian dalamnya dapat dilihat berbagai panorama menakjubkan yang ada di seluruh jagad raya, tampil berganti ganti dari satu pemandangan ke pemandangan lain bagaikan keadaan yg nyata, seolah yg melihatnya sedang dibawa berkelana berkeliling mayapada, menikmati keindahan alam dari ketinggian, memandang gunung kebiruan, hutan menghijau, sungai berkelok, mega berarakan dan langit biru menyejukkan.
 Namun, suatu hari ketika Dewi Indradi sedang asyik mengamati keindahan isi cupu tsb, putri sulungnya Anjani memergokinya, dan tentu saja amat ingin mengetahui benda yg amat menarik itu. Terpaksa Dewi Indradi meminjamkannya, dengan syarat jangan sampai diketahui oleh adik-adiknya. Namun, akhirnya Anjani tidak tahan untuk tidak memamerkannya kepada kedua adiknya, Guwarsa dan Guwarsi. Akibatnya Cupu Manik Astagina itu menjadi rebutan, sehingga terjadi pertengkaran dan keributan diantara ketiga kakak beradik tsb. Anjani menangis dan melapor pada ibunya, sementara Guwarsa dan Guwarsi mengadu pada ayahnya. Bahkan secara emosional Guwarsa dan Guwarsi menuduh ayahnya, Resi Gotama telah berbuat tidak adil menganak emaskan Anjani dengan memberi hadiah yg mereka tidak dapatkan.
 Tuduhan kedua putranya ini membuat Resi Gotama sedih dan prihatin, sebab ia merasa tidak pernah berbuat seperti itu. Segera saja ia memanggil Anjani dan Dewi Indradi. Karena rasa takut dan hormat kepada ayahnya, Anjani menyerahkan Cupumanik Astagina kepada ayahnya. Anjani berterus terang, bahwa benda itu diperoleh dan dipinjam dari ibunya. Sementara Indradi diam membisu tidak berani berterus terang dari mana ia mendapatkan benda kadewatan tersebut. Dewi Indradi dihadapkan pada buah simalakama. Berterus terang, akan membongkar hubungan gelapnya dengan Bhatara Surya. Bersikap diam, sama saja artinya dengan tidak menghormati suaminya. Sikap membisu Indradi membuat Resi Gotama marah, yg lalu bersupata bahwa sikap diam Indradi itu bagaikan sebuah patung batu. Karena pengaruh kesaktiannya, dalam sekejap sang Dewi benar2 berubah ujud menjadi batu sebesar manusia yg mirip sebuah tugu. Menghadapi keterlanjuran itu Sang Resi segera mengangkat tugu batu tsb dan dilemparkannya sejauh mungkin, dan ternyata jatuh di taman Argasoka dekat kerajaan Alengka. Kutukan ini akan berakhir kelak bila batu tsb digunakan untuk membela kebenaran dengan cara dihantamkan ke kepala seorang raksasa atau angkara murka.
 Untuk keadilan Resi Gotama membuang Cupumanik Astagina ke udara untuk diperebutkan ketiga putranya. Cupu jatuh di hutan pecah menjadi dua buah telaga bernama telaga Sumala dan telaga Nirmala. Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa yang terjun ke dalam telaga Sumala berubah wujud menjadi kera. Untuk menebus kesalahan dan agar bisa kembali menjadi manusia. Resi Gotama menganjurkan ketiga putranya untuk pergi bertapa. Dewi Anjani bertapa nyantika (seperti katak) di telaga Madirda, Subali melakukan tapa ngalong (seperti kelelawar) dan Sugriwa melakukan tapa seperti kijang di hutan Sunyapringga.
 Resi Gotama meninggal dalam usia lanjut, menyusul kematian Dewi Anjani yang baru saja melahirkan Anoman. 

sumber:
http://pdwi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=195:gotama&catid=79:wayang-purwa&Itemid=192
http://caritawayang.blogspot.com/2012/04/tragedi-agrastina-anjani-subali-sugriwa.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar